Tuesday, May 6, 2014

Uang dan Inflasi



Uang
Uang menurut para ekonom adalah persediaan aset yang dapat setiap saat digunakan untuk melakukan transkasi. Uang juga termasuk salah satu jenis kekayaan. Uang yang dipegang oleh masyarakat adalah persediaan uang nasional.
Menurut fungsinya uang dibagi menjadi 3, yaitu : penyimpan nilai, sebagai unit hitung dan media pertukaran. Kemudahan uang dikonversikan menjadi sesuatu yang lain seperti barang atau jasa disebut sebagai likuiditas uang.
Menurut jenisnya uang ada 2 macam, yaitu :
  • uang Fiat yaitu uang menurut dekrit pemerintah dan di dalamnya tidak mengandung unsur intrinsik
  • uang Komoditas yaitu uang yang di dalamnya mengandung unsur intrinsik.
Jumlah uang beredar (money supply/permintaan akan uang) adalah jumlah uang yang tersedia. Kontrol atas uang beredar tersebut adalah kebijakan moneter. Di Indonesia kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral Indonesia.
Untuk mengendalikan jumlah uang beredar, bank sentral melakukan 3 cara :
1.     Operasi pasar-terbuka, yaitu dengan membeli atau menjual obligasi pemerintah.
>  Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, bank sentral membeli obligasi pemerintah dan membanyarnya dengan uang baru.
>  Untuk mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral menjual obligasi pemerintah dan menerima uangg dari masyarakat lalu memusnahkannya.
2.       Mengubah persyaratan cadangan
3.       Mengubah tingkat diskonto

Teori Kuantitas Uang
Persamaan kuantitas adalah suatu identitas : definisi dari empat variabel membuatnya benar. Jika satu variabel berubah, satu atau lebih yang lain harus juga berubah untuk mempertahankan identitas.  Persamaan kuantitas yang kita gunakan dari sekarang adalah :
Uang x Perputaran  = Harga x Transaksi
   M    x      V           =    P     x    T
Dimana :
M = jumlah uang beredar
V = perputaran uang transaksi. Dalam persamaan kuantitas disebut perputaran uang transaksi (transactions velocity of money).  Ini menyatakan berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu.
P = harga
T = jumlah transaksi

Transaksi dan output sangat berkaitan, karena semakin banyak perekonomian berproduksi, semakin banyak barang dibeli dan dijual. Jika Y menyatakan jumlah output dan P menyatakan harga satu unit output, maka nilai uang dari output adalah PY. Maka persamaan kuantitas sekarang menjadi :
Uang x Perputaran  = Harga x Output
     M  x      V            =      P    x     Y

Fungsi Permintaan Uang dan Persamaan Kuantitas :
Jika , yang mengukur daya beli dari persediaan uang, maka fungsi permintaan uang (money demand function) adalah sbb :
(M/P)d = k Y

Dimana : k --> konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang orang ingin tahan untuk setiap dolar pendapatan.
Persamaan diatas menyatakan : kuantitas keseimbangan uang riil yang diinginkan  adalah proporsional terhadap pendapatan riil.



Asumsi Perputaran Konstan
Jika kita membuat asumsi tambahan bahwa perputaran uang (V) adalah konstan, maka persamaan kuantitas diatas menjadi sebuah teori dampak uang yang bermanfaat yang disebut teori kuantitas uang (quantity theory of money). Persamaannya menjadi : MV = PY
Penerimaan pemerintah dari mencetak uang (seigniorage)
Seigniorage adalah penerimaan pemerintah yang ditingkatkan melalui percetakan uang. Yang kemudian terjadi setelah pemerintah mencetak uang adalah : 
Seigniorage --> kenaikan jumlah uang beredar --> penyebab inflasi
Di beberapa negara yang mengalami hiperinflasi, seigniorage sering kali menjadi sumber penerimaan utama, contoh : Zimbabwe.
Inflasi dan tingkat bunga (riil dan nominal)
Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang dibayarkan oleh bank, sedangkan tingkat bunga riil (real interest rate) adalah kenaikan daya beli di masyarakat. Hubungan antara inflasi dan tingkat bunga tersebut adalah sebagai berikut :

 
dimana r = tingkat bunga riil, i = tingkat bunga nominal dan π = tingkat inflasi
Sedangkan menurut Fisher dalam persamaannya (Fisher equation) menunjukkan perbedaan antara tingkat bunga riil dan nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal disebut sebagai Efek Fisher. Persamaan Fisher adalah sebagai berikut :
Efek Fisher menunjukkan bahwa bunga nominal dapat berubah karena dua hal, yaitu nilai tingkat bunga riil yang berubah ataukah tingkat inflasi yang berubah.
Biaya memegang uang
Teori kuantitas uang (MV = PY) secara sederhana mengasumsikan : permintaan keseimbangan uang riil proporsional terhadap pendapatan. Akan tetapi biaya seseorang memegang uang sesungguhnya adalah : tingkat bunga nominal. Sehingga fungsi permintaan uang yang baru adalah sebagai berikut:
(M/P)d = L(i, Y)
Persamaan ini menyatakan bahwa permintaan terhadap likuiditas keseimbangan uang riil adalah fungsi dari pendapatan (Y) dan tingkat bunga nominal (i). Semakin tinggi tingkat pendapatan Y, semakin besar permintaan untuk keseimbangan uang riil
Membandingkan memegang uang sekarang dengan memegang uang di masa yang akan datang
Gambaran diatas memberi pengertian bahwa Uang, Harga dan Tingkat Bunga adalah saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga memegang uang sekarang dengan memegang uang di masa mendatang tergantung dari bagaimana keadaan tersebut diatas.
Biaya sosial dari Inflasi yang diharapkan (expected inflation) --> Biaya yang terantisipasi :
1.  Inflasi meningkatkan fungsi fungsi pasar tenaga kerja dengan memperbolehkan upah riil mencapai tingkat equilibrium tanpa memotong upah nominal
2.  Karena inflasi yang tinggi maka masyarakat cenderung untuk menarik uangnya di bank, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan karena harus lebih sering berjalan ke bank. Hal ini menyebabkan sepatu seseorang cepat rusak (shoeleather cost), pedagang sepatu menjadi lebih untung.
3.   Inflasi mendorong perusahan untuk melakukan penyesuaian harga sehingga memakan biaya untuk mencetak dan mendistribusikan katalog baru (menu cost). Percetakan dan jasa penyebar katalog menjadi diuntungkan.
4.     Inflasi mendorong terjadinya variabilitas dalam harga relatif
5.     Inflasi mengubah (menambah) kewajiban pajak individu, contoh : pajak yang dikenakan pada keuntungan modal (capital gains).
6.   Inflasi menyebabkan ketidaknyamanan hidup karena harga yang berubah, rencana keuangan yang telah diatur menjadi lebih rumit.
Biaya sosial dari Inflasi yang tidak diharapkan (unexpected inflation) --> Biaya Yang Tidak Terantisipasi :
1.     Inflasi yang tidak terantisipasi meredistribusi kekayaan seseorang (secara subjektif)
2.  Inflasi mengganggu pensiun tetap yang dibayarkan, dimana nilai tabungan pensiun yang diprediksi menjadi tidak akan sama lagi dimasa depan.
3.   Semakin tinggi tingkat inflasi variabel, semakin besar ketidakpastian yang dihadapi kreditor dan debitor.
Hiperinflation dan kerugiannya
Hiperinflasi secara definisi adalah tingkat inflasi yang melebihi 50% per bulan atau lebih dari 1% perhari. Pada tingkat inflasi ini mengarah pada kenaikan harga secara besar-besaran.
Penyebab hiperinflasi adalah pertumbuhan jumlah uang beredar yang berlebihan. Ketika penerimaan pajak pemerintah tidak mencukupi untuk membayar pengeluaran pemerintah, bank sentral melakukan seigniorage yang memicu pertumbuhan uang beredar yang berlebihan dan terjadilah hiperinflasi.
Kerugian dari hiperinflasi :
1.   Biaya sosial atas inflasi yang diharapkan yaitu sholeather cost dan menu cost menjadi jauh lebih besar dari yang diperkirakan.
2.     Harga yang sering berubah membuat masyarakat sulit untuk belanja dengan harga terbaik dari komoditi tersebut.
3.  Sistem pajak menjadi terdistorsi, dengan cepat pemerintah akan kehilangan nilai uang saat menarik pajak.
4.    Sepanjang hiperinflasi berlangsung, uang kehilangan perannya sebagai penyimpan nilai, unit hitung dan media pertukaran.
5.  Hiperinflasi menghancurkan masyarakat, ketidaknyamanan memegang uang yang nilainya terus turun mendorong masyarakat untuk membelanjakan uangnya. Sementara perusahaan tidak dapat membuat keputusan produksi yang efisien lagi.

Dikotomi klasik

Variabel-variabel Riil (real variables) adalah variabel yang diukur dalam unit fisik, seperti kuantitas dan harga relatif.
Variabel-variabel Nominal (nominal variables) adalah variabel yang ditunjukkan dalam nilai uang, seperti tingkat harga, tingkat inflasi dan upah yang diterima seseorang.
Menurut teori ekonomi klasik, uang bersifat netral : jumlah uang beredar tidak mempengaruhi variabel-variabel riil. Variabel-variabel riil ditentukan tanpa referensi apapun tentang jumlah uang beredar. Ketidakrelevanan uang untuk variabel riil ini disebut netralitas moneter (monetary neutrality). Untuk isu-isu jangka-panjang, netralitas moneter mendekati benar.

Equilibrium dalam pasar uang kemudian menentukan tingkat harga dan variabel nominal lainnya. 
Pemisahan teoritis dari variabel riil dan variabel nominal ini disebut DIKOTOMI KLASSIK.


Sumber: Chapter 4, Makroekonomi II, N. Gregory Mankiw